secondhand

Sejak mahasiswa, satu kebiasaanku yang mungkin bagi orang lain kurang bergengsi adalah mencari dan membeli barang second atau jelasnya barang bekas. Ini kian menjadi-jadi (kalo ndak dibilang ketagihan) disaat mulai hidup di negeri Eropa, Swedia. (lebih…)

p1090036

Gothenborg, 10 Januari 2009. Akhirnya keinginan untuk ikut menyuarakan tentang tragedi Palestina kesampaian juga. Hampir 10 ribu masa tumpah ruah di jalan utama Gothenborg. Massa mengawali demonstasi ini dari Götaplatsen, dekat patung Poseidon menuju Brunsparken dimulai pukul 14.30 (GMT+1).

Levi…levi…levi Palestine (bebaskan, bebaskan, bebaskan Palestina), Bojkot Israel, Olmer Morderer… lantang suara yel..yel dukungan atas Palestina dan kecamaman Israel menggema diseantero kota. Walau kadang tak tahu artinya apa karena memakai bahasa Swedia.

Peserta demo bukan hanya  dari kalangan Muslim, atheis pun ikut menyuarakan aspirasinya, Terlihat bendera Che-Guevara pun mengisi sela-sela diantara bendera Palestina dan Swedia. Kekecaman Israel sudah tahap penghabisan etnis, layak disandingkan dengan nazi saat membantai di Jerman.

Namanya juga mahasiswa, selalu mencari yang murah apalagi gratisan. Hidup di negeri Scandinavia seperti di Swedia harus pintar-pintar menjaga keinginan untuk berbelanja. Harga-harga di Swedia sangatlah mahal jika dibanding Indonesia (jelaslah..). Namun ada beberapa tips dan trik membeli murah barang-barang atau makanan di Swedia, khususnya di Gotheborg karena penulis sedang kuliah di kota terbesar kedua setelah Stockholm (ibukotanya Swedia). Mau tau tipsnya:

(lebih…)

saf4Kerinduan akan saling mengingatkan dan menambah ilmu merupakan fitrah bagi manusia yang haus akan pencerahan dan nasehat. Apalagi sedang berada di luar negeri, tempat yang jauh dari negeri sendiri, pertemuan pekanan menjadi obat pelipur lara dan penghilang dahaga bagi hamba yang rindu akan silaturahim dan saling mengingatkan kepada kebaikan dan kesabaran.
  (lebih…)