muhasabahJika hidup dirasa mulai membosankan, gundah dan gelisah, mari berhenti sejenak untuk merecharge baterai hati yang mulai kosong. Hanya dengan berhenti sejenak, kita bisa jujur akan tujuan hidup kita di dunia.Sendiri menyepi..tenggelam dalam renungan.

Ada apa aku..seakan kujauh dari ketenangan..

Perlahan kucari..mengapa diriku hampa..

Mungkin ada salah..mungkin ku tersesat..

Mungkin dan mungkin lagi

Oh Tuhan aku merasa..sendiri menyepi

Ingin kumenangis, menyesali diri, mengapa terjadi

Sampai kapan kubegini, resah tak bertepi

Kembalikan aku pada cahayaMu yang sempat menyala benderang di hidupku..

(Puisi seorang teman)

Berhenti sejenak, menjauh dari keramaian untuk beberapa saat bukan berarti meninggalkan keramaian untuk egoisitas diri. Itulah aktivitas yang sering terlupa tatkala diri kian disibukkan dengan aktivitas dan rutinitas. Ketika rutinitas tanpa ada jeda, yang terjadi adalah hilangnya sensitivitas hati untuk sedikit merenungi arti diri serta instrospeksi benarkah jalan yang ditempuh.

Berhenti sejenak, bukan mundur dari pertempuran hidup. Tapi mengumpulkan energi, bersiap untuk aktivitas selanjutnya. Lebih dari itu, aktivitas mengumpulkan tenaga dilakukan dengan beristirahat sejenak dari aktivitas untuk melonggarkan sendi-sendi kehidupan yang telah lelah. Ibarat kendaraan, pasti ada waktu jeda sebelum dioperasikan selanjutnya.

Berhenti sejenak, ibarat musafir yang butuh waktu melihat kompas untuk mengetahui perjalanan selanjutnya. Ibarat musim gugur digunakan oleh tanaman untuk regenerasi dan mempersiapkan tunas baru. Ibarat ulat yang berubah menjadi kepompong, terdiam, kemudian muncul menjadi kupu-kupu yang indah nian.

Berhenti sejenak, merelakan diri melihat dari sisi berbeda. Bukan terkungkung dengan keakuan diri yang menyelimuti. Berusaha jujur melihat diri, tanpa topeng yang selama ini menutupi diri. Mengukur diri dengan ukuran Tuhan bukan pribadi.

Berhenti sejenak adalah aktivitas kenabian. Tatkala para nabi menghadapi berbagai macam cobaan dan halangan dari kaumnya sendiri bahkan keluarga terdekatnya, mereka berhenti sejenak. Menyendiri, berdo’a, bertafakur, berserah diri. Karena mereka sangat percaya bahwa jalan keluar terbaik hadir tatkala menyerahkan semuanya pada Sang Pencipta.