Sangat relevan menulis sedikit buah pemikiran Ibnu Khaldun, salah seorang ilmuwan dari Andalusia di saat situasi sedang dalam pergantian kepemimpinan Indonesia. Kutipan dari beliau yang menjadi inspirasi penulis berbunyi, “pada dasarnya negera-negara berdiri bergantung pada generasi pertama (pendiri negara) yang memiliki tekad dan kekuatan untuk mendirikan negara. Lalu, disusul oleh generasi ke dua yang menikmati kestabilan dan kemakmuran yang ditinggalkan generasi pertama. Kemudian, akan datang generasi ke tiga yang tumbuh menuju ketenangan, kesenangan, dan terbujuk oleh materi sehingga sedikit demi sedikit bangunan-bangunan spiritual melemah dan negara itu pun hancur, baik akibat kelemahan internal maupun karena serangan musuh-musuh yang kuat dari luar yang selalu mengawasi kelemahannya.”

Kutipan di atas merupakan dari kitab Muwaddimah yang merupakan terpenting tentang ilmu sosial yang telah diartikan ke berbagai bahasa dan terus dikaji hingga saat ini. Buku ini menerangkan kajian tentang sosiologi, sejarah, ekonomi, ilmu dan pengetahuan serta menjelaskan terbentuk dan lenyapnya negara-negara dengan teori sejarah.Tulisan-tulisannya terlahir dari hasil studi yang sangat dalam, ilmu pengetahuan yang luas, serta pengamatan yang sangat tajam dengan mempelajari realitas di masyarakat dan pengembaraannya dalam menuntut ilmu.

Ilmuwan yang lahir di Tunisia pada 1 Ramadhan 732 H/27 Mei 1332 dikenal dengan sebagai sejarawan, bapak sosiologi Islam, dan bapak Ekonomi Islam. Ia meletakkan pemikiran-pemikiran nya tentang teori ekonomi dengan sangat logis dan realistis jauh telah dikemukakannya sebelum Adam Smith (1723-1790) dan David Ricardo (1772-1823).

Sejarah mencatat bahwa Ibnu Khaldun telah hafal Al Qurán sejak dini atas didikan ayahnya, ia giat mencari ilmu mulai dari belajar Alquran, tafsir, hadist, usul fikih, tauhid, fikih madzhab Maliki, ilmu nahwu dan sharaf, ilmu balaghah, fisika hingga matematika. Dengan ilmunya, ia selalu menjunjung tinggi kehebatan Al Qurán dan menggunakan nilai-nilai spiritual dalam kajiannya. Ibnu Khaldun pernah berkata, “Ketahuilah bahwa pendidikan Alquran termasuk syiar agama yang diterima oleh umat Islam di seluruh dunia Islam. Oleh kerena itu pendidikan Alquran dapat meresap ke dalam hati dan memperkuat iman. Dan pengajaran Alquran pun patut diutamakan sebelum mengembangkan ilmu-ilmu yang lain.”

Selain ilmuwan, ia pun seorang yang memiliki amanah yang tak kalah pentingnya dengan berbagai peristiwa suka dan duka dalam menjalankan amanah ummat. Ibnu Khaldun pernah menduduki amanah penting penting di Fez, Granada, dan Afrika Utara serta pernah menjadi guru besar di Universitas al-Azhar, Kairo yang dibangun oleh dinasti Fathimiyyah. Dari sinilah ia melahirkan karya-karya yang monumental hingga saat ini.

Kehancuran suatu negara, masyarakat, atau pun secara individu salah satu penyebanya adalah lemahnya nilai-nilai spritual dalam pendidikan. Pendidikan agama sangatlah penting sekali sebagai dasar untuk menjadikan insan yang beriman dan bertakwa untuk kemaslahatan umat. Itulah kunci keberhasilan Ibnu Khaldun, ia wafat di Kairo Mesir pada saat bulan suci Ramadan tepatnya pada tanggal 25 Ramadan 808 H/19 Maret 1406 M.

Terakhir, bukti pengaruh Ibnu Khaldun tergambar dari ungkapan DR. Bryan S. Turner, guru besar sosiologi di Universitas of Aberdeen , Scotland dalam artikelnya “The Islamic Review & Arabic Affairs” di tahun 1970-an ia mengomentari tentang karya-karya Ibnu Khaldun. Ia menyatakan, “Tulisan-tulisan sosial dan sejarah dari Ibnu Khaldun hanya satu-satunya dari tradisi intelektual yang diterima dan diakui di dunia Barat, terutama ahli-ahli sosiologi dalam bahasa Inggris (yang menulis karya-karyanya dalam bahasa Inggris).”

Bagi para insan intelektual pada zaman ini, pelajaran yang dapat diambil dari perjalanan hidup Ibnu Khaldun yang patut dicatat adalah ia senantiasa menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan tidak meremehkan akan sebuah sejarah. Meneliti dengan dasar ilmu dan pengetahuan yang luas serta memperhatikan komunitas-komunitas masyarakat. Selain ilmuwan, Ibnu Khaldun juga seorang pejabat penting dan juga seorang penulis yang produktif. Ia menghargai akan tulisan-tulisannya yang telah ia buat. Bahkan ketidaksempurnaan dalam tulisannya ia lengkapi dan perbaharui dengan memerlukan waktu dan kesabaran. Sehingga karyanya benar-benar berkualitas, yang di adaptasi oleh situasi dan kondisi. Wallahu a´lam